Look at Me, I'm Free.....!!!

Subscribe Us

... ...

Senin, 06 Juni 2011

MITIGASI KONFLIK BERBASIS PENDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM UPAYA PENINGKATAN PARIWISATA INDONESIA



Untuk mengenal lebih mendalam maka baiknya kita lebih mengenal dahulu  arti dari kata Mitigasi dan Pariwisata. Mitigasi dan Pariwisata adalah centralistic dari pembahasan dalam karya ini. 
Mitigasi, artinya adalah pencegahan atau penghentian sebelum , semacam preventif . Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
“Pencegahan Konflik berbasis Pendekatan Antropologi dalam Upaya peningkatan Pariwisata Indonesia.”
Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergian adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya. (Gamal Suwantoro, SH 1997:3-4).


POTENSI KONFLIK YANG DAPAT DI KEMBANGKAN MENJADI POTENSI PARIWISATA DI INDONESIA DAN LEBIH KHUSUS DI PAPUA.
Pada bulan Juli 2000, Bank Dunia mulai memikirkan bagaimana caranya menanggulangi masalah kemiskinan melalui sektor pariwisata yang kemudian dikenal dengan “ community-based tourism ” (CBT). Selanjutnya diidentifikasi adanya tiga kegiatan pariwisata yang dapat mendukung konsep CBT yakni adventure travel , cultural travel dan ecotourism . Dibahas pula kaitannya dengan akomodasi yang dimiliki oleh masyarakat atau disebut small family-owned hotels yang biasanya berkaitan erat dengan tiga jenis kegiatan tersebut. Bank Dunia yakin bahwa peningkatan wisata adventure, ecology dan budaya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan sekitarnya sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup masyarakat disekitarnya. Selain itu CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam proses pembuatan keputusan, dan dalam perolehan bagian pendapatan terbesar secara langsung dari kehadiran para wisatawan. Sehingga dengan demikian CBT akan dapat menciptakan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata. Jadi sesungguhnya CBT adalah konsep ekonomi kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat dan hasilnyapun langsung dinikmati oleh mereka.
Yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam konsep CBT adalah wisatawan domestik (wisnus) yang perannya sangat besar dalam menumbuhkan dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang nantinya diharapkan akan dikunjungi oleh wisman. Obyek-obyek wisata yang sering dan padat dikunjungi oleh wisnus akan memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan dengan yang jarang dikunjungi wisnus. Makin banyak wisnus berkunjung , makin terkenal obyek tersebut dan pada akhirnya merupakan promosi untuk menarik datangnya wisman.
             Dengan dilaksanakannya otonomi daerah, maka pengembangan dan pembangunan obyek wisata atas dasar CBT ini adalah merupakan salah satu tugas pemerintah daerah, meskipun tetap diupayakan agar hanya sampai sebatas sebagai fasilitator untuk menarik investor swasta melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Event-event pariwisata harus disusun secara konsisten sehingga dapat dijadikan acuan para pelaku pariwisata menjual ke berbagai pasar pariwisata dunia. Tanpa event yang tetap dan berkualitas maka akan sulit menarik pengunjung ke lokasi tersebut. Selain itu prasarana pariwisata pun harus ditingkatkan kualitasnya terutama yang terkait dengan kesehatan, kebersihan, keamanan dan kenyamanan. 
Dari sisi pengembangan pembangunan secara garis besar juga dapat menyebabkan konflik, potensi konflik di Papua dapat kita lihat sangat banyak penyebabnya baik itu dari sisi ekonomi, politik, kehidupan social kemasyarakatannya. Di Papua dapat kita ketahui bersama bahwa gejolak-gejolak pergerkan dan perjuangan atas ketidak adilan pemerintah dalam pengembangan potensi SDM dan SDA di Papua masih terus berlangsung hingga sekarang dan sangat rawan tercipta konflik ini merupakan salah satu potensi konflik yang dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga.
Tetapi dari sisi positif di Papua dapat kita ketahui bahwa dengan konflik juga dapat menimbulkan kedamaian. Oleh sebab itu nilai dan norma-norma adat masih dijunjung tinggi hingga sekarang. Contohnya pada perang suku pada suku Yali, Dani, Mee, Ekari, dan beberapa suku lainnya yang ada di Papua. Dalam menyelesaikan suatu persoalan harus di lakukan dengan cara perang suku, tetapi hal ini dilakukan untuk mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma yang sudah ada di suku tersebut.
            Tetapi dari sudut pandang Pariwisata perang suku merupakan salah satu potensi pariwisata yang menarik untuk ditampilkan dan merupakan suatu nilai-nilai budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Banyak para witawan asing dating berkunjung ke Papua untuk menyaksikan peragaan perang suku yang ditampilkan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar